Thursday, June 16, 2011

Galeri Arema vs Persisam dari Tribun Kanjuruhan

Target mengejar defisit gol persija dengan menang besar memang belum sukses, tp dengan kemenangan atas Persisam kemarin tetap membuat Aremania bangga.

Arek Pakis Sing Nganem Undian Revo-ne
Selebrasi Aremania Waktu Gol Fakhrudin 
Tendangan Bebas Esteban, dan Eksen Agung Prasetyo
Benderanya Kecil, Tapi Banyak
Tak Pernah Lelah Memberi Dukungan
Bendera Aremania Korwil Facebook

Sunday, June 12, 2011

[Awaydays] Sukses, Rebut 3 Poin di Jepara.

Pagi itu tepat jam 12.00 WIB malam 7 juni 2011, aku dan beberapa temanku beranjak meninggalkan kota ku tercinta ini untuk mensuport tim kebanggan Arek Arek malang. Berkumpul di salah satu cafe milik salah satu temanku, aku dan teman temanku menunggu kendaraan yang mengantar kami pergi meninggalkan kota ini sejenak. Sekitar pukul satu kendaraan betuliskan pariwisata ini pun datang dan bergegas memasuki kendaraan yang telah terparkir di sudut jalan sebelah toko bercat merah biru. Satu persatu kami masuk bangku demi bangku terisi sesuai nomor tempat duduk yang sudah di atur oleh petugas rombongan.

Akhirnya kendaraan ini pun melaju, dentuman music lagu tim kebanggaan kami ini pun mulai terdengar, saat itu dingin sudah sedikit menusuk tulang. Ketika teman teman yang lain sedang asyik menuangkan air perdamaian itu, aku hanya bisa menatap jalanan dari samping kaca tempat aku duduk. Sambil sedikit aq melihat beberapa orang di dekatku. Tak terasa sudah beberapa puluh KM meinggalkan kota tercinta ku, ku lihat beberapa temanku mulai tertidur lelap. Tak lama kemudian kendaraan ini berhenti di tengah kota tempat sodara biru muda ku berada. Beberapa teman tampak asyik membeli minuman di warung untuk sekedar menghilangkan rasa dahaga. Tak luput juga ada yang memanfaatkan untuk sekedar membuang air kecil di pinggir jalan. Kendaraan pun melaju kembali, sampai tak sadar aku terlelap di tengah dinginnya AC pagi itu. Ketika ku terbangun, kulihat jalanan di pinggir pantai, entah berada di daerah mana saat itu. Berhentilah kendaraan ini di tempat pengisian bahan bakar di sebuah kota di jawa tengah. Sambil istirahat tak lupa makan pagi pun ku nikmati bersama teman teman, dan beberapa ada yang memanfaatkan untuk membersihkan diri, membasuh muka, dll. Tak lama berselang kendaraan ini pun akhirnya melaju, menghampiri kota tujuan kami, kota ukir di jawa tengah.

Sampailah di tempat tujuan kami, turun di areal stadion. Suasana panas lembab namun sedikit berangin, ya karena tempat ini tak jauh dari pantai. Di tempat ini sudah banyak beberapa teman dari komunitas lain yang sudah sampai dahulu. Sampai di sana ketika terik matahari berada tepat di atas kepala kami, sedangkan pertandingan masih nanti malam di mulai. Kami pun bergegas mencari tempat untuk beristirahat, tapi bukan tempat yang kami temukan kami pun berubah pikiran untuk berkeliling kota ukir ini dengan menggunakan becak, sambil menikmati sudut sudut indah kota ini. Di perjalanan beberapa teman kami menyanyikan lagu untuk tim kebanggaan, sampai akhirnya beberapa km dari tempat kami berangkat terdepat beberapa gerombolan entah dari komunitas mana yang nampak menyendiri di tengah kota. Kami pun cuek dan melanjutkan perjalanan menikmatik kota ukir ini, tam lupa kami sempatkan berfoto untuk kenang kenangan nanti di patung pejuang wanita indonesia. Setelah puas berkeliling kota ukir ini aku dan temanku mencari teman teman lain yang sudah mendapat tempat untuk beristirahat. Setibanya di tempat itu aku menyempatkan untuk cuci muka dan tak lama berselang kembali pergi untuk mengisi perut yang mulai kosong ini. Sambil mencari tempat yang pas untuk makan, di melewati pasar kota ukir ini dan tak jarang sapaan dari beberapa teman yang lain yang sedang berpapasan. Setelah makan kami pun kembali ke areal stadion untuk beristirahat, tak lama berselang kawan kami salah satu tuan rumah menghampiri kami dan mengajak untuk mampir ke homebasenya. Aku dan salah satu temanku pun akhrinya mengiyai dan menuju tempat mereka berkumpul sambil berputar putar mengelilingi areal stadion yang nantinya akan dijadikan ajang adu kreatifitas.

Tak terasa hari pun berlalu menjadi sore hari, kami pun bergegas mencari tempat di rumah rumah penduduk sekitar untuk sekedar mandi membersihakn diri dan berdoa mengingat Tuhan. Di salah satu rumah itu kami pun berbincang dengan pemilik rumah menceritakan keburukan salah satu kelompok suporter yang dikenal dengan kenekatanya, mereka merasa sering dirugikan atas kehadiranya mereka, tidah hanya makan gratis tidak membayar, mereka juga sering mencuri ayam / barang milik warga sekitar. Kami pun hanya mengiyai curahan hati warga sekitar areal stadion itu, sambil sesekali meraka ingin mengenalkan salah satu anaknya pada kami. Selang beberapa waktu akhrinya kami telah siap dengan pakaian wangi rapi dan bersepatu kami untuk memasuki areal stadion mendukung tim kebanggaan kami.

Dalam stadion sudah ramai, hampir tiap sudut di tribun yang kami tempati di penuhi oleh teman teman dan dulur dulur Aremania. Hampir di sekitar kurva tempat kami berada dipenuhi spanduk / bendera dukungan untuk tim kebanggaan kami. Tak lama berselang tim kebanggaan kami pun memasuki lapangan pertandingan di sambut gemuruh dukungan dari kami. Nyanyian suara tabuhan ayunan bendera manandakan kami mulai bergerak untuk sekedar melakukan pemanasan jelang mendukung 2x45 menit. Mendukung yang sebenarnya ketika tim kebanggaan kami benar benar mulai pertarungan mencuri angka di jepara ini. Selang beberapa waktu, akhirnya pertandinan di mulai dukungan tiada henti mulai kami berikan, lagu lagu pembakar semangat mulai di nyanyikan. Dan ketika Sunarto memecah kebuntuan kami pun semakin menggila memberi dukungan. Tak lama berselang kontroversi dari kacamata kami sering dilakukan oleh pengadil di lapangan. Tak lama kemudian terjadilah gol balasan untuk tim tuan rumah. Berkali kali menurut kacamata kami pengadil memimpin tidak seimbang dan membuat pemain dan pelatih kami sering melakukan protes. Entah kenapa seiring dengan terjadinya itu beberapa lemparan masuk ke lapangan dan di tujukan ke pelatih dan pemain kami. Kami yang merasa tim kami di aniaya membela dan meneriakan "wasit suap" dan ketika lemparan dari kubu tim tuan rumah keluar tak segan kami menantang mereka dengan nyanyian "moleh tawor" sebuah tantangan yang di batas nalar ketika kami hanya sebagai tamu tapi berani dengan lantang menantangn tuan rumah yang bertindak kurang diterima. Namun beberapa teman kami dari tim tuan rumah tampak menenangkan kami karena tak ingin terjadi aksi yang tidak di inginkan. Hingga tak terasa gol demi gol dari tim kami hingga memimpin 3 - 1. Nyanyian dari kami pun tak ada habisnya untuk mendukung tim kebanggaan kami. Sampai akhirnya pertandingan usai dengan skor 3-2. Sebuah kemenangan yang membuka asa menjadi runner up liga indonesia musim ini. Ya setelah di waktu yang bersamaan Persipura menabiskan diri sebagai juara untuk musim ini.

Kami pun beranjak pulang dengan kepala tegak dan senyuman meninggalkan kota Jepara yang cukup memberiku arti sebua awaydays dengan orang orang disekitarku yang aku kenal dan se-visi se-misi denganku.

Sunday, June 5, 2011

Galeri Arema vs Persela dari Tribun Kanjuruhan

Satu gol, dua gol, 10 gol sama saja. Tiga poin memperbesar asa bertahan di posisi 2 klasemen ISL 2010-2011.


 Untuk roman, kurang lebih artinya gini yes : Terima kasih atas loyalitasmu. Aremania selalu mendkungmu. Roman untuk arema. Kita beda, kita satu. Dari Slovakia untuk Arema
Aremania iku pinter, Aremania yo sekolah, Aremania Halokes 
Salam Satu jiwa Maluku Utara, salam dari peserta Jambore Pemuda Nasional yang juga hadir di Kanjuruhan, berbaur dengan Aremania
I Love ANTV dari Aremania Zona Sangar :D
LA Mania
Ada sam Yuli 
Pulang, konvoi, tp tertip kok pak polisi.
Foto by : Idur Tahes Komes

Wednesday, June 1, 2011

Bahasa Walikan Malang, Saksi Bisu Zaman Perjuangan


Kodew, Kampes, Kubam, Kera-kera ngalam, ayas, kuname pothel, ojobe di gondhol nawake, dll adalah beberapa perbendaharaan kata dengan bahasa walikan khas Malang yang cukup dikenal diluar komunitas aremania. Bahasa ini ternyata mampu memmperkuat modal sosial yang ada dimasyarakat sehingga suasana khas Malangan yang guyub, saling percoyo, iso’an terus terbangun. Perkembangan lanjut bahasa ini adalah mampu menjelma menjadi sebuah identitas baru kera-kera ngalam.
  
Di sudut kota, tepatnya di daerah Kidul Pasar, beberapa orang bergaris wajah keras bergerombol. Mereka dari kalangan tukang parkir. Entah apa yang mereka bicarakan. Kadang dimengerti kadang tidak. Kalau diperhatikan, pembicaraan mereka sedang menghitung keuntungan parkir. Itu tampak dari beberapa perkataan mereka yang sesekali menggunakan bahasa Jawa dicampur bahasa Malangan.

"Wah nek ngene, awak kadit unyap ojir. Lha adapes2 rotom iku podho kadit rayab blas nek parkir nang kene (wah, kalau begini, aku tidak punya uang. Lha sepeda motor-sepeda motor itu kalau parkir di sini tidak ada yang bayar)," kata Sukriman, salah seorang tukang parkir itu.

Pasar Burung Splendid
Sampai saat ini bahasa walikan (dibaca dari belakang) ini popular dipergunakan oleh anak muda  Malang. Menurut sejarah asal muasal bahasa walikan dimulai pada saat  jaman perjuangan Gerilya Rakyat. Eksistensi bahasa walikan pada saat ibu berfungsi sebagai alat komunikasi rahasia antar sesama pejuang dan sekaligus menjadi identitas untuk mengenal kawan ataupun lawan.

Osob kiwalan kera ngalam (bahasa terbalik Arek Malang) berasal dari pemikiran para pejuang tempo doeloe yaitu kelompok Gerilya Rakyat Kota (GRK). Bahasa khusus ini dianggap perlu untuk menjamin kerahasiaan,
efektifitas komunikasi sesama pejuang selain juga sebagai pengenal identitas kawan atau lawan. Metode pengenalan ini sangat penting karena pada masa Clash II perang kemerdekaan sekitar akhir Maret 1949 Belanda banyak menyusupkan mata-mata di dalam kelompok pejuang Malang.

Mata-mata ini banyak yang mampu berkomunikasi dalam bahasa daerah dengan tujuan menyerap informasi dari kalangan pejuang GRK. penyusupan ini terutama untuk memburu sisa laskar Mayor Hamid Rusdi yang gugur pada 8 Maret 1949 dalam pertempuran dukuh Sekarputih (Desa Wonokoyo sekarang). Seorang tokoh pejuang Malang pada saat itu yaitu Pak Suyudi Raharno mempunyai gagasan untuk menciptakan bahasa baru bagi sesama pejuang sehingga dapat menjadi suatu identitas tersendiri sekaligus menjaga keamanan informasi. Bahasa tersebut haruslah lebih kaya dari kode dan sandi serta tidak terikat pada aturan tata bahasa baik itu bahasa nasional, bahasa daerah (Jawa, Madura, Arab, Cina) maupun mengikuti istilah yang umum dan baku. Bahasa campuran tersebut hanya mengenal satu cara baik pengucapan maupun penulisan yaitu secara terbalik dari belakang dibaca kedepan.
  
Karena keakraban dan pergaulan sehari-hari maka para pejuang dalam waktu singkat dapat fasih menguasai 'bahas' baru ini. Sedangkan lawan dan para penyusup yang tidak setiap hari bergaul dengan sendirinya akan kebingungan dan selalu ketinggalan istilah2 baru. Maka siapapun yang tidak fasih mempergunakan osob AREMA ini pasti bukan dari golongan pejuang dan pendukungnya, sehingga kehadiran para penyusup dapat diketahui dengan cepat serta rahasia komunikasi tetap terjaga.

Oskab Rakab
Karena bahasa ini sangat bebas dan longgar aturannya maka kemungkinan pengembangannya sangat luas untuk itu perlu disepakati beberapa istilah penting dikalangan pejuang. Kesepakatan istilah ini diperlukan juga karena banyak kata penting sulit untuk dibaca terbalik sehingga harus dicari istilah dan padanan yang sesuai namun mudah diingat oleh para pelakunya. Contohnya kata 'Belanda' dalam bahasa Jawa disebut 'Londho' yang cukup sulit dibaca terbalik, maka dicari istilah padanannya yaitu 'Nolo'.

Demikian juga dengan 'Polisi' bukan menjadi 'Isilop' namun cukup 'Silop'. Kemudian untuk 'mata-mata' bila dibaca terbalik menjadi 'atam'. Namun untuk menentukan bahwa yang dimaksud dalam istilah tersebut adalah antek Belanda maka ditambahi kata 'keat' dari asal kata 'taek' yang dalam bahasa jawa berarti kotoran. 'Keat Atam' atau kotoran mata dalam bahasa jawa disebut 'ketek' adalah sebutan yang pas untuk para penyusup ini.

Begitu juga dengan nama peralatan perang seperti senjata genggam karena sulit menemukan istilah yang pas maka dipakai kode samaran 'Benduk' dan untuk laras panjang (dowo = panjang dalam bahasa Jawa) disebut 'benduk owod' atau disingkat 'owod' saja. Sedangkan untuk menunjuk masyarakat suku / etnik tertentu disebut 'onet' untuk golongan Cina (asal kata 'cino' dalam bahasa Jawa), 'arudam' untuk madura, 'arab' menjadi 'bara' dan seterusnya. Sedang untuk menyebut diri seseorang digunakan 'uka' = aku, 'ayas' = saya, 'umak' = kamu, 'okir' = riko (kamu dalam bahasa madura).

 Sedangkan untuk menyebutkan sesuatu yang baik / bagus digunakan istilah 'nez' dari asal kata bahasa arab 'zen'. Begitu pula dalam menyebut orang tua laki-laki (ayah, Bapak) orang arab biasa menyebut dengan 'abah' atau 'sebeh' yang kemudian menjadi 'ebes'. Istilah 'ebes' kemudian menjadi populer ditujukan sebagai gelar kehormatan tidak resmi kepada para komandan, pemimpin atau pembesar dan pemuka masyarakat yang dituakan oleh segenap masyarakat Malang sampai sekarang.

Suyudi Raharno pada September 1949 gugur disergap Belanda di suatu pagi buta dipinggiran wilayah dukuh Genukwatu (Purwantoro sekarang) walaupun keadaan pada saat itu sedang gencatan senjata. Seminggu sebelumnya salah seorang kawan akrabnya yang turut mencetuskan 'osob kera ngalam' yaitu Wasito juga gugur dalam pertempuran di Gandongan (Pandanwangi) sekarang. Saat ini keduanya telah disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Suropati - Jalan Veteran Malang.

Penggunaan bahasa walikan (osob kiwalan) kera ngalam (bahasa terbalik anak muda malang) masih mengunakan induk bahasa jawa. Beberapa istilah-istilah di bawah ini Bahasa Jawa memang cukup beragam corak dialeknya, keragaman ini dipengaruhi banyak factor juga. Salah satu yang cukup dominant berpengaruh adalah posisi daerahnya, dimana daerah tersebut berinteraksi lansung dengan beberapa bahasa lain disekitarnya.

Bahasa walikan ini sekarang sudah berbaur dengan bahasa Malangan, bahkan, sudah menjadi trade mark warga Malang. Bahkan sudah menjadi bahasa gaul dari berbagai kalangan, baik yang muda, ang tua, kalangan pelajar mahasiswa atau warga di aktifitas yang lainnya. Salah satu fungsi nyata bahasa walikan ini adalah memperkuat modal social masyarakat berupa semakin eratnya hubungan persaudaraan,saling percaya dan bisa bekerja sama disemua sector.

Lain lagi para Aremania yang ternyata sudah membumi dengan bahasa Malangan. Penggunaan bahasa Malangan itu ternyata kerap digunakan. Ini menunjukkan kebanggaan sebagai warga Malang. "Sekitar 80 persen Aremania menerapkan bahasa walikan. Kami malah bangga menggunakan bahasa Malangan ketika sedang tur mengikuti pertandingan Arema. Bahasa itu kami gunakan untuk memuji Arema atau mengkritik tim lawan," kata Agus Kancil, ketua Korwil Aremania Kasin.
  
Lalu, dari mana munculnya bahasa walikan ini?
Pengamat sejarah dari Universitas Negeri Malang (UM) Dwi Cahyono menjelaskan, bahasa walikan yang kini sudah menjadi bahasa gaul tersebut sudah lama digunakan para pejuang di masa sebelum kemerdekaan. Bahasa walikan sudah lama menjadi sandi-sandi khusus para pejuang untuk berkomunikasi dengan para pribumi. "Ini digunakan untuk mengelabuhi para penjajah di zaman Belanda. Sebab, dengan cara itu, ternyata lebih mudah menjalin hubungan dengan sesama pejuang," terang pengamat sejarah ini. 

Kini bahasa walikan sudah membaur jadi satu dengan bahasa Malangan. Bahkan, kini sudah menjadi trade mark warga Malang. "Bahasa Malangan kini sudah menjadi bahasa gaul dari berbagai kalangan. Tidak hanya yang muda. Yang tua pun masih awet menggunakannya. Bahkan, bahasa walikan ini bisa mempererat
hubungan persaudaraan," tutur Dwi.

Kalau dicermati maka ada beberapa kata yang khas asli malang antara lain seperti genaro (orang), ebes (orang tua), ojir (uang), sedangkan kata lainnya, adalah walikan dari bahasa yang umum Misalnya, kadit itreng (tidak ngerti), nakam (makan), nganal (laki-laki), kodew (perempuan), dan silup (polisi). lecep (pecel), sam (mas), kampes (sempak), kubam (mabuk), dan ngetem (meteng).

Ada yang menambahkan silahkan!

(diolah dr berbagai sumber)
Ditulis oleh Sam Dadang Badblueboys

Save Our Football Dari Bhumi Arema

Jumat, 27 Mei 2011. Aksi Aremania menuntut K-78 beserta kroni kroninya serta orasi sikap Aremania melalui surat permohonan kepada FIFA agar Indonesia tidak sampai di sanksi. Berikut foto foto aksi ketika Aremania turun ke jalan menyuarakan suaranya.



Asongan, Parkiran, SSB semuanya butuh Sepakbola
Aksi long march di depan balekota Kota Malang
LA Ngalam Juga Ikut Dalam Aksi Ini
Jak Ngalam Juga Menyuarakan Suaranya
Siapapun Pemimpinnya Aremania tetap Mendukung
Singkirkan Duo Nur Dari Arema
Stop Politisasi Sepakbola Indonesia
K-9 Lebih Baik Dari K-78
Ganyang 78