Tuesday, June 29, 2010

Bahasa Asli Arek Malang, Yang Merupakan Salah Satu Ciri Khas dan Kebanggaan Kota Malang

Salam Satu Jiwa. Arek-arek Malang (AREMA).

Dengan segala apresiasi dan pemahaman yang berbeda tentang osob malangan, ayas sing termasuk generasi rodok kewut (STW) merasa harus mengucapkan nowus nang nawak-nawak amoes/hebak. Paling tidak nawak-nawak ewud/unyap kepedulian terhadap perkembangan osob malangan sing paling nes/kipa sak ndunyo iki, soale selain osob malangan memiliki karakteristik yang sangat khusus dan langka serta tidak mempunyai pakem atau pola tertentu sebagaimana umumnya bahasa prokem. Kalau toh harus “membalik kosakata” ada syarat yang tidak tertulis tetapi sudah menjadi semacam kesepakatan sosial bahwa bahasa malangan tidak bisa sekedar dibalik, tetapi pembalikan itu harus memiliki nilai estetika – setidak-tidaknya enak didengar di telinga --,dan harus dapat diterima oleh mayoritas komunitas masyarakat Malang yang banyak memiliki daerah-daerah slenk, misalnya: Slengk Celaket, Slenk Kayutangan, slenk Sawahan, Slenk Tanjung, Slenk Kasin, Sleng sekitar Pasar Besar, Slenk Mergosono, Slenk Polehan, Slenk Jodipan, Slenk Bunul, dan masih banyak lagi slenk-slenk lainnya yang ada di wilayah Kabupaten dan Kota Batu yang sekarang kita kenal dengan Malang Raya.

Secara psikologis dan sosiologis, bahasa slenk (bukan bahasa walikan) Malangan mampu menyatukan jiwa dan semangat kera-kera ngalam baik yang ada di Malang maupun yang ada di perantauan, baik yang lahir di Malang maupun yang lahir di perantauan (diluar Malang). Salah satu sepesifikasi karakteristik boso malangan sering menjadi pemersatu dan menghilangkan segala permusuhan, terutama ketika sedang sama-sama berada perantauan, boso malangan bisa menjadi perekat persaudaraan, dan sudah seperti arades sendiri.

Dengan adanya karakteristik boso malangan yang demikian itulah mengapa “organisasi” tanpa bentuk yang bernama AREMA ini bisa berkembang sepanjang masa dan Arema berada di mana-mana serta selalu solid terutama dalam hal rasa persaudaraan. Ketika menyebut AREMA secara psikologis ada perasaan heroisme di dalam dada arek-arek Malang, sehingga mendorong adanya perasaan satu jiwa, satu nasib, satu tujuan, yang kemudian terjalin suatu persaudaraan secara ihlas. Semua itu berkas adanya bahasa pemersatu yaitu Boso Malangan yang kosakatanya banyak terbentuk dan lahir dari slenk-slenk yang ada di Malang Raya.

Kita pernah mendengar kata PUSURA (Putra Surabaya), tetapi gagal membentuk sebuah komunitas besar yang membumi dan meluas serta melewati batas-batas geografi, strata sosial, dan etnis, karena kelemahannya adalah Pusura tidak memiliki bahasa pemersatu sebagaimana yang terjadi pada Arek-arek Malang dengan bahasa slenk malangannya.
Satu lagi yang harus dipahami oleh nawak2 hebak, bahasa slenk Malangan sudah sangat populer pada awal tahun 1960-an. Pada saat saya masih kelas 1 SD Tahun 1966, saya sudah mulai diajari oleh kakak-kakak saya tentang bahasa slenk malangan, dan pada saat kelas 4 SD kami sudah sangat biasa dan akrab dalam berkomunikasi menggunakan bahasa slenk malangan. Jadi sangat tidak tepat jika bahasa slenk malangan ini dikatakan baru popoler pada tahun 1980-an, terutama yang beranggapan sejak adanya klub sepakbola Arema.

Jauh sebelum Klub Sepakbola Arema lahir, nama AREMA dan Bahasa Slenk Malangannya sudah menyebar di seantero Indonesia. Adalah karena kepiwaian Sang Jendral, panggilan populer dari bapak Acub Zaenal, ebes-e Sam Ikul memakai nama AREMA untuk dijadikan nama Klub Sepakbola yang sekarang kita kenal dengan nama AREMA INDONESIA. Sang Jendral sangat memahami karakteristik Arek-arek Malang sehingga dia dengan sangat yakin Klub Sepakbola yang diberi nama AREMA akan menjadi besar. Keyakinan Sang Jendral ternyata benar dan tepat. Oleh karena itu kita harus angkat topi dan menaruh hormat serta tetap menghargai jasa-jasa Sang Jendral dengan keluarganya, lepas dari segala plus-minusnya. Jangan pernah lupakan itu, bila kita memang benar-benar arek-arek Malang.

Sekarang kembali ke topik tentang boso slenk malangan yang tidak sama dengan boso walikan. Terlebih dahulu perlu ayas tegaskan bahwa apa yang ayas tulis ini bukanlah kebenaran mutlak, masih perlu banyak kritik dan sangat terbuka untuk dikritik. Namun demikian setidak-tidaknya inilah sing osi ayas sumbangno tentang boso slenk malangan untuk menjaga supaya boso malangan tetap sebagai bahasa yang memiliki krakteristik tersendiri, dinamis dan progresif, serta spesifik agar tidak mengalami polarisasi yang dapat merusak boso malangan, yang banyak orang senang sekaligus ngiri itu.
Nowus buat arif nerazzuri, umak meleg nglurusno kesalahkaprahan nawak-nawak sing ngiro osob malangan iku osob kiwalan atau sing ngiro asal-usule osob malangan iku asline osob walikan kemudian mengalami perubahan. ayas tegaskan boso malangan kadit….. sekali lagi...... kadit odop dengan boso walikan baik sekarang maupun awal sejarahnya dulu. Memang sebagaian besar bahasa malangan banyak berupa bahasa walikan, bahasa ini lebih banyak diadobsi dari slenk sekitar Pasar Besar sebagai cikal bakal munculnya boso walikan. Biarkan bahasa walikan tetap menjadi bahasa slenk sekitar Pasar Besar, hanya bahasa-bahasa walikan yang telah diterima dan digunakan secara luas oleh komunitas arek-arek Malang yang bisa dikatakan sebagai bahasa malangan, selebihnya biar tetap menjadi bahasa slenk masing-masing.

Bahasa Malangan asli adalah bahasa yang kosakatanya diambil dari berbagai slenk di Malang, bukan hanya salah satu slenk sekitar Pasar Besar. Mungkin sedikit penjelasan ini ada manfaatnya untuk menjaga kemurnian bahasa slenk malang yang tidak hanya sekedar dibalik, yang bisa merusak boso malangan asli yang ciri-cirinya antara lain, bahasa Malangan itu bersifat dinamis,progresif, memiliki estetika sehingga tidak sedikit yang merupakan penghalusan bahasa dari yang terdengar kasar menjadi lebih halus, selain itu bahasa malangan yang asli tidak terikat pada struktur atau pola tertentu sebagaimana bahasa prokrem misalnya bahasa walikan yang polanya adalah membalik kata-kata.

Apabila Anda memahami Bahasa Malangan sebagai BAHASA WALIKAN,maka Anda pasti tidak akan mampu menjelaskan bagaimana misalnya (kata): Pelacur (selain: Nolab) menjadi ASAIB; Bohong menjadi Pesi atau Awad; Dia menjadi Wanyik; Uang menjadi Ojir/raijo; Istri menjadi Ndewor, Orangtua menjadi Ebes; Cantik menjadi Sarik; Mabuk (selain:Kubam) menjadi Hewot; Lari (selain:iral)menjadi Sarat; Alat kelamin pria (selain: ilep) menjadi Gentalo; persetubuhan menjadi Maya/Hayam/kuyas/sayuk; Kerja menjadi Idrek; Kantor menjadi Rontak; Jual menjadi Lawed; Celana menjadi Nalet; dsb. masih banyak lagi kosa kata yang tidak akan bisa dimengerti jika pakemnya hanya sekedar dibalik. Oleh karena itu, jangan pernah mengatakan bahwa Bahasa Khas Malang itu adalah bahasa walikan (dibalik) kecuali jika Anda memang ingin merusak bahasa malangan yang asli dan merusak estetikanya.

Oleh karena itu bahasa Malangan tidak sama dengan bahasa walikan: Tidak percaya? perhatikan contoh dibawah ini. misalnya:
Kata Pelacur apa akan anda balik rucalep? Atau misalnya Anda mendengar kata Asaib/kawaban kemudian Anda mencoba untuk membaliknya menjadi Biasa/nabawak, maka pasti Anda tidak akan mengerti dan tidak mampu menangkap masud dari kosakata asaib/kawaban tersebut. Kata curi apa akan Anda balik menjadi Iruc? atau (coba kata tilep ini Anda balik, pasti akan menjadi Pelit sehingga mempunyai arti yang sangat jauh berbeda;

NAH SAIKI TAMBAH JELAS KAN SAM? LEK BOSO MALANGAN IKU KADIT ODOP KARO BOSO WALIKAN. LEK UMAK SEK NGOTOT BOSO MALANGAN IKU ODOP KARO BOSO WALIKAN, NGGARAHI NGETARANI LEK UMAK KADIT ITRENG BOSO MALANGAN. TAPI AYAS NES KARO UMAK-UMAK AMOES/HEBAK SOALE UNYAP KEPEDULIAN KARO OSOB NGALAM, PALING GAK NDUDUHNO LEK SAM-SAM AMOES IKI PANCEN DUWE GETIH-E WONG MALANG ALIAS ADA DARAH ORANG MALANG YANG MENGALIR, BERARTI SAM-SAM AMOES IKI YO SELAIN NAWAK EWED OSI DISEBUT JUGA ARADES EWED. OYI?....SALAM LANEK.

CONTOH PERCAKAPAN BOSO (SLENK) MALANGAN:
1. "Bapakku membeli celana"= Ebes nganalku ukut nalet.(slenk). Jgn asal dibalik "celana" menjadi :analec".
2. "Wanita itu cantik (ayu) sayangnya dia seorang pelacur"= Kode(w) iku sarik, sayang wanyik asaib/nolab/kawaban" (slenk). Jgn asal dibalik; "cantik/ayu" menjadi "kitnac/uya"; "dia" menjadi "aid"; "pelacur" menjadi "rucalep".
3."Saya beli rokok"= Ayas ukut oker (slank). Jgn asal dibalik "rokok" menjadi " kokor"; "beli" menjadi "ileb" -- kata "ileb" jika diucapkan terdengar sama dengan kata "ilep" yang bisa salah tafsir dikira "gentalo" alias "kunam-e" genaro nganal.
4."Saya tidak punya uang"= Ayas kadit ojir. Jgn asal dibalik menjadi "Ayas kadit anyup ojir". Jika Anda ingin mengucapkan secara lengkap anda hrs mengucapkan dengan kalimat "Ayas kadit unyap (bukan anyup) ojir".
5."Bapaknya istriku seorang tentara"= "ebese ndeworku nenet/aranet. Jgn asal dibalik kata tentara menjadi "aratent". sehingga menjadi "Ebese ndeworku aratent".
6.dlsb. kapan2 saya tuliskan jauh lebih banyak lagi. 5 contoh di atas sekedar untuk membuktikan bahwa boso malangan tidak sama dengan boso walikan.

Spesial Nowus untuk nawak2:
1. Saiful Islam
2. Arif Aremanoise Nerazzuri
3. Maritha Giovenni
4. Arekmalang
5. Nawak2 liyane sing kadit osi ayas sebut utas...utas.

Ditulis Oleh : A Wahab Adhinegoro

3 komentar:

Anonymous

arema

DAS40

hAYAM iku opo ?

skypunk

Asal mula Arek berasal ketika jaman Kerajaan Singosari-Majapahit. Pada saat berdirinya Kerajaan Singosari-Malang dan Ken Arok sebagai Rajanya, ada peruntukan khusus untuk nama Arek yg berarti adalah -keturunan-. Arok memiliki arti Dewa/Tuhan sedangkan Arek berarti “Anak/Anak-dari” (Arti Ken sendiri selain memiliki banyak arti juga kental dgn makna “teritorial”). Ini adalah bentuk pembeda dari wilayah “Bocah-an” dan “Arek-an” yg mana ditambah lagi ketika jaman kebesaran Kerajaan Majapahit daerah “Bocah” adalah merupakan wilayah “Arek” tapi tidaklah sebaliknya.

Nah, praktis jika melihat Kota Surabaya adalah kota para pendatang, dimana semua daerah berdatangan dan berkumpul; dan soal “Arek” ini adalah wujud dari keunggulan/yg-diunggulkan serta pengaruh kuat dari leluhur di jaman dulu. Wajar jika Surabaya mengamini sebutan Arek, yg mana Arek Surabaya sejatinya adalah para garis keturuanan Arek Malang asli sebagai rantau. Kalaupun ada rivalitas itu sangat dimaklumi, justru inilah bentuk dari kuatnya kontak batin antara saudara yg sebenarnya seperti hilang ingatan.

Pelajari dan amati sejarahnya, barulah kita tarik dari Malang ke Surabaya. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa Surabaya merupakan daerah suksesor dan pewaris genetik ke-khusus-an Malang secara tidak terlihat.

“Bukan untuk perbedaan tapi janganlah disamakan”.