Wednesday, February 17, 2010

Lawan Persebaya Jadi Fokus Utama Aremania dan Panpel

Malang (beritajatim.com) - Laga Derby Jawa Timur antara Arema Indonesia melawan Persik Kediri Kamis (18/02/2010) besok dan Persebaya Surabaya Minggu (21/02/10) lusa, rupanya disambut serius ratusan Koordinator Wilayah Aremania se Malang Raya.

Meski besok sore Arema Indonesia ditantang Tim Macan Putih Persik Kediri, rupanya fokus utama pertandingan Derby Jawa Timur itu, diperuntukkan bagi seteru abadi Arema, Persebaya Surabaya.

Hal itu terlihat saat konsolidasi para korwil Aremania dengan Polres Malang, Rabu (17/02/10) siang. Bertempat di ruang executive Polres Malang, ratusan korwil Aremania itu disambut langsung oleh Wakapolres Malang, Kompol Anjar Gautama Putra, Kabag Bina Mitra Polres Malang, Kompol Imam Rofiq, serta Kasatlantas Polres Malang, AKP Yuli Purnomo. Sedang Panpel Arema sendiri diwakili oleh M Muklis.

Pada rapat konsolidasi itu, mereka rupanya lebih terfokus pada pertandingan saat Arema Indonesia ditantang Persebaya. Pada konsolidasi itu, setiap korwil Aremania diberi kesempatan mengemukakan pendapatnya. Termasuk, melakukan dialog langsung dengan para aparat Kepolisian dan juga pihak Panitia Pelaksana Pertandingan Arema.

"Saya usul Pak, kalau bisa, keluarga petugas keamanan dan juga panpel yang bertugas, jangan diberi kelonggaran masuk ke stadion tanpa membeli tiket. Karena selama ini, banyak sekali kami Aremania melihat itu. Hal inilah yang membuat kapasitas stadion jadi overload. Padahal, banyak Aremania yang sudah terlanjur membeli tiket dan tidak bisa masuk ke dalam stadion karena kapasitas sudah penuh sesak," kata salah seorang Korwil Aremania yang disambut aplaus rekan-rekannya.

Mendengar pertanyaan itu, Kabag Bina Mitra Polres Malang, Kompol Imam Rofiq langsung bereaksi. Menurutnya, pada pertandingan lawan Persebaya nanti, ia akan memantau langsung anak buahnya di lapangan. Ia sebenarnya sudah menginstruksikan hal itu berulang-ulang pada anak buahnya yang akan mengamankan jalannya pertandingan saat apel digelar.

"Saya sudah berkali-kali memberikan instruksi agar jangan ada keluarga petugas yang masuk tanpa membeli tiket. Apalagi menggratiskannya. Karena itu, saat pertandingan nanti ada petugas dinas yang memasukkan keluarga atau kenalannya, saya akan tindak tegas," kata Rofiq.

Rofiq juga mengatakan, untuk mengamankan jalannya pertandingan saat Arema ditantang Persebaya nanti, adalah supaya semua Aremania bisa ikut membantu menciptakan suasana kondusif dan nyaman. Termasuk, ikut mengawasi setiap individu di sekitarnya. Jika ada yang ingin berbuat hal-hal merugikan, secepatnya memberitahu petugas keamanan.

Sementara itu, M Muklis yang mewakili Panpel Arema juga menjelaskan, antisipasi jelang pertandingan klasik Arema lawan Persebaya nanti, Panpel kemungkinan akan membeber beberapa layar lebar langsung di sudut depan Stadion Kanjuruhan. "Terima kasih pertanyaannya. Soal overload penonton dan jika ada yang tidak bisa masuk nanti, mungkin kami berencana akan memasang layar lebar," kata M Muklis.

Dilain sisi, Surtato, dedengkot para koordinator Aremania yang punya wilayah Koorwil Aremania Bululawang menegaskan, konsolidasi ini penting dilakukan untuk menyambut laga derby Jawa Timur yang sangat ditunggu-tunggu.

"Konsolidasi ini untuk membangun komunikasi antara panpel, polisi dan Aremania saja. Agar saat pertandingan berlangsung, semua pihak bisa saling bekerja sama menciptakan rasa aman dan nyaman dalam setiap pertandingan sepakbola. Terlebih, yang akan dihadapi Arema nanti adalah Persebaya. Kalau soal lawan Persik sih, saya kira tidak seberapa dan itu biar polisi saja yang nangani," ungkap lelaki yang seluruh tangannya dipenuhi lukisan tato bercorak indah itu.

"Kita fokus pada pertandingan lawan Persebaya. Soal lawan Persik, masih saya kira biasa-biasa saja. Termasuk, berapa jumlah petugas keamanan yang akan diturunkan saat lawan Persebaya nanti, masih akan kita rapatkan lagi," jawab Wakapolres Malang, Kompol Anjar Gautama Putra. [yog/kun]

1 komentar:

Lembhoe_shora

BONEK ranking dua di dunia di bawah hooligan.'' Kalimat itu merupakan bunyi pesan pendek atau SMS yang diterima puluhan anggota bonek (bondo nekat) di markas Yayasan Suporter Surabaya (YSS). Ada seorang bonek yang menyebarkan SMS itu setelah yang bersangkutan melihat hasil survei CNN yang ditayangkan Kamis (28/1) lalu.

Benarkah? Okto Tyson, aktivis YSS yang sudah 15 tahun mengurusi kelompok suporter Persebaya itu mengakui perilaku anggotanya sangat meresahkan masyarakat. ''Tidak salah, kalau CNN memposisikan suporter bonek di urutan dua dunia di bawah suporter hooligan dari Inggris,'' katanya.

Perilaku bonek di lapangan memang seperti itu, tetapi tidak seluruhnya meresahkan. Keberadaan YSS yang memiliki 5.000 anggota cukup untuk meminimalisasi es perilaku brutal bonek. Sebab, anggota YSS diberikan kartu anggota/KTA, mendapat asuransi dan potongan harga tiket 10 persen saat Persebaya bertanding.

Persoalannya, jumlah bonek sekitar 60 ribu orang. Tidak sedikit dari mereka yang berperilaku brutal, anarkis, cenderung kasar dan keberanian yang berlebihan. Itulah yang membuat masyarakat sekitar Gelora 10 November, Tambaksari, merasa ketakutan setiap kali Persebaya bertanding. Terutama pedagang nasi, warung-warung dan toko-toko lainnya yang jaraknya berdekatan dengan stadion.

Bila Persebaya main pukul 15.00, para pedagang, warung nasi dan toko memilih tutup lebih awal sekitar pukul 10.00. Bila tidak tutup, sudah dapat dipastikan para bonek akan menjarah dagangannya. Demikian juga dengan pengendara mobil yang akan melintas di sekitar Gelora 10 November sudah dapat dipastikan membatalkan niatnya. Kalau pun terpaksa, mereka lebih memilih menggunakan sepeda motor agar lebih aman.

Menurut pembina YSS, Wastomi Suheri, istilah bondo nekat sudah ada sejak dahulu kala. Di pojok-pojok kampung di Kota Surabaya orang mengenal sebutan bonek yang artinya tanpa modal dan hanya mengandalkan kenekatan. Bonek pada era 1945-an sangat positif.

Sebutan suporter bonek bermula saat ada penghimpunan suporter besar-besaran jelang Persebaya bertanding melawan PSIS dalam final kompetisi perserikatan pada era 1987-an. Saat itu Persebaya kalah. Suporter Persebaya mulai berulah dengan merusak apa saja dan menjarah. Namun, saat itu jumlah suporter bonek sangat sedikit, jadi gaungnya tidak terdengar.

Seiring dengan perkembangan Persebaya, jumlah bonek terus bertambah. Apalagi Surabaya memiliki tiga tim, yakni Persebaya, Niac Mitra (Mitra Surabaya) dan Assyabab Salim Group. Berangkat dari itu maka didirikanlah YSS pada 1994. Kehadiran YSS dimaksudkan untuk mengkoordinir suporter ketiga tim. Tujuannya, untuk memperkecilkan permasalahan yang terjadi antarsuporter. Belum lagi Arema, Persema, Persela, Persik dan Persekabpas juga memiliki suporter fanatik masing-masing.

Suporter bonek tidak hanya di Jatim tetapi juga tersebar di beberapa kota lainnya. Yang juga menarik, bonek di Surabaya tersebar hingga ke kampung-kampung. ''Kalau suporter bonek berulah, pasti yang disalahkan YSS. Padahal sebagian besar suporter bonek yang brutal bukan anggota YSS,'' ujar Wastomi.

Untuk mengembalikan citra positif bonek sangat sulit dan diperlukan keterlibatan masyarakat, tokoh masyarakat, klub dan pejabat setingkat wali kota, bupati dan gubernur. ''Klub jangan hanya membina pemain. Mereka juga harus membina suporter,'' kilahnya.

Dalam membenahi suporter, lanjut dia, jangan hanya fokus pada suporter bonek tetapi juga pendukung lainnya seperti Jack Mania. Sebab, sebagian besar suporter memiliki karakteristik yang sama apabila tim kesayangannya kalah.

(Bambang Wiliarto)
dari balipost.com